Kita tahu, kerja seni adalah kerja yang harus santai dan tanpa beban. Tapi celakanya, saat kita mengerjakan proyek musik di sebuah ruang studio, kita menjadi seakan terkesan tergesa-gesa, diburu-buru shift dan seperti berjarak dengan sang operator. Hal inilah yang tak boleh terjadi di Padepokan Gerilya. Siapapun yang mengerjakan proyeknya di Pager harus merasa “home” dengan seluruh apa yang ada, bahkan kalau perlu dengan semua equipment perekaman.
Di Pager, mereka yang sedang mengerjakan proyek bahkan boleh mengoperatori langsung kerja mereka sendiri sampai menemukan titik puas. Semua crew Pager yang bertugas bersedia untuk mengajari secara kilat teknis perekaman kepada para pengguna fasilitas. Tak ada sedikitpun rasa “takut tersaingi” dalam diri masing-masing operator saat menularkan skill teknis perekamannya.
Konsep produksi semacam ini jauh-jauh hari telah dipikirkan oleh para pendiri Pager sebelum ruang recording dibangun. Mereka sangat terinspirasi oleh sejumlah behind the scene produksi band-band bule dalam film-film musik.
” istilah studio itu sesungguhnya menyeramkan, serius dan serba tegang, karena itu ruang perekaman kami sebut kandang kreator, tempat para musisi bertelor untuk melahirkan karya-karya baru yang gurih ” cletuk Sendy, salah satu crew Pager disela-sela tugasnya mengawal tracking band dari Tanjung Priok.
(Red : Mayapadmi, Photo by Gozali MR)