d'Masiv Sebagai Inspirasi

Dua tahun lalu d'Masiv hanya menjadi band yang tidak perlu diperhitungkan kemampuannya menyihir telinga pendengar. Sekarang, siapapun merasa perlu mendengarnya, bahkan tidak jarang yang menganggap mereka sebagai salah satu sumber inspirasi, idola, dan lebih hebatnya lagi menganggap mereka sebagai salah satu bentuk produk komersil layak jual. Semua tergila-gila, dan semua mencoba menjadikan patokan d'Masiv sebagai band kompeten.

A Mild Live Wanted 2007 menjadi saksi sejarah membengkaknya nama Massive (nama lamanya d'Masiv -red). Seperti nama yang digunakannya saat itu, waktu sepertinya setuju dengan niat kelima pemuda asal Jakarta ini sebagai musisi yang terus menanjak posisinya sebagai band tersohor di Indonesia. d'Masiv sekarang sedang mengumpulkan pundi-pundi emas hasil jerih payahnya selama ini. Popularitas, uang sudah di tangan.

Lebih dari 50% band yang masuk sebagai finalis regional A Mild Live Wanted 2009 berkaca pada d'Masiv. Tidak jarang dari mereka dengan sengaja menulis d'Masiv sebagai salah satu band idola, inspirasi mengapa mereka memilih mengikuti ajang pencarian band berbakat ini. Cartoon, juara 1 regional Sulawesi dan beberapa band asal Papua Ambon dengan gamblang ingin mengikuti jalan yang ditempuh d'Masiv dalam menggapai mimpinya sebagai musisi di Indonesia.

"d'Masiv adalah contoh yang bisa diikuti, dan kita ingin seperti itu," kata beberapa band yang mengaku mengidolakan d'Masiv. Mereka setuju cara yang dipakai d'Masiv waktu itu adalah benar, dan sekarang mereka juga dengan sengaja ingin mencoba peruntungan seperti itu.

Sekedar mengidolakan tentu tidak menjadi masalah, tetapi kalau sampai sedikit menyerempet cara membawakan musik ala d'Masiv sepertinya kurang ditolerir tim juri. "Kayanya sekarang banyak yang mengarahkan musiknya kaya d'Masiv," kata Capung di tengah-tengah perdebatan dengan para juri beberapa waktu yang lalu. Dewan juri mengatakan kalau pada akhirnya banyak band yang mengkotakkan pendapatnya bahwa juara A Mild Live Wanted itu seperti d'Masiv.

Yah, semua boleh mencoba dengan caranya sendiri. Karakter tiap band harus tetap dipertahankan, bagaimanapun cintanya pada idola. Idola hanya menjadi inspirasi, bukan sesuatu yang wajib diikuti, karena pada dasarnya penilaian yang terbesar adalah sebuah karakter musik yang baru, yang masih belum ada, yang punya masa depan lah yang pantas untuk menjadi juara. d'Masiv memberi contoh seperti itu dua tahun lalu. (ip)

sumber : http://amild.com/amlw2009
Suka artikel ini ?

Tentang Kami

Admin Blog