Jakarta Pun Harus Mengalah




26 Apr 2009
Kali ini Jakarta harus mengalah dari kota Tangerang untuk perolehan juara pertama A Mild Live Wanted 2009 regional Jabotabek. MPV berhasil meyakinkan pendapat dewan juri regional untuk menggondol uang sebesar Rp.10.000.000, mengungguli Lunar dan Bean yang harus puas meraih juara kedua dan ketiga. Alinea menjadi pilihan penonton dan berhasil mendapatkan gelar juara favorit di final yang diadakan di Hall A Basketball Senayan Jakarta, Sabtu (25/04).

"Nggak bisa dipungkiri, penampilan MPV tadi itu bagus banget. Secara musikalitas dan juga atraksi panggung, yang bagi saya sudah sangat layak sebagai musisi yang mapan," kata Capung menanggapi soal pilihannya pada MPV. Tidak begitu sulit sebenarnya tim dewan juri yang terdiri dari Capung, Noey (Java Jive, Produser), Anton Wahyudi (Motion Radio), dan Bhita Harwanti (I-Radio) dalam menentukan MPV sebagai juara pertama. Tidak ada yang keberatan, dan semua setuju sekali kalau sekaran MPV pantas mendapat tiket ke grand final di Bandung tanggal 30 Mei nanti.

MPV sudah melakukan trial and error dalam mengikuti ajang pencarian band berbakat ini. Tahun lalu mereka harus dipaksa puas dengan juara kedua, kali ini mereka sangat tidak yakin, bahkan tidak percaya diri sama sekali akan mendapatkan juara apapun. Dan dari perkataan ketua juri tahun lalu, Khrisna Sadrach, bahwa musik mereka "kampungan"-lah yang mampu mengubah nasibnya tadi malam.

"Sekarang musik kita lebih ke arah Brit Pop, tidak seperti tahun lalu yang lebih menonjolkan musik rock-nya. Selain itu juga karakter vokal yang baru (M. Ryza) ini kayaknya malah bikin musik kita lebih oke," ungkap Dimas (bassist) mewakilkan teman-temannya. Mereka mengakui musik yang diusungnya kali ini sedikit banyak mencontoh band-band besar. "Bukan berarti plagiat, tapi kepada inspirasi saja," lanjutnya.

Pelajaran yang MPV terima bukan hanya sekedar dari masukan produser ternama, maupun menerapkan lagu-lagu yang menginspirasi, melainkan mereka tidak segan-segan untuk menghabiskan waktunya bertanya kepada label-label besar. "Kita banyak nanya ke label-label soal musik yang kayak gimana sih yang sebenernya pantas untuk dijual," kata Angieta (drummer), satu-satunya personil perempuan.

Karakter vokal yang "sengau," berbau ke-Jepang-Jepang-an ditambah beat drum yang tidak biasa menghasilkan sebuah musik yang terkesan berbeda, tanpa mengurangi sedikitpun nilai jual. Anggaplah itu sebagai sebuah hasil pembelajaran mereka demi mencapai tujuan bersama, yaitu identitas di mata publik sebagai musisi yang bukan berkedok sebagai selebritas saja. (ip)
Suka artikel ini ?

Tentang Kami

Admin Blog